
Mati Saat Pagi dan Sore, Warga Keluhkan Aliran Air PDAM Klaten
Wedi, (klaten.sorot.co)--Sejumlah warga Dukuh Ngabetan RT 08 dan 09, Desa Kadibolo, Kecamatan Wedi mengeluhkan aliran air dari PDAM Tirta Merapi Klaten tak lancar pada saat pagi dan sore hari. Kondisi tersebut sudah dialami masyarakat sejak beberapa tahun terakhir ini.
Salah satu warga setempat, Wahyudi (45) mengatakan, air dari aliran PDAM kerapkali mati total pada jam-jam tertentu. Biasanya air tidak akan mengalir mulai pukul 04.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Air baru menyala pada saat siang hari, kemudian sekitar pukul 15.00 WIB air kembali mati.
Kalau pagi itu benar-benar mati total, tidak ada air sama sekali. Nanti siang nyala tapi juga sangat kecil, setelah itu mati lagi mulai sore hingga malam hari setidaknya sampai jam 10,” kata dia, Sabtu (02/02/2019) sore.
Lebih lanjut dijelaskan, air dari saluran PDAM baru akan menyala lancar sekitar pukul 01.00 WIB hingga waktu Shubuh. Atas kondisi tersebut, sejumlah warga terpaksa harus bangun di waktu tengah malam untuk mengisi sejumlah bak-bak penampungan air untuk kebutuhan sehari. 
Kalau malam pasti kita akan lembur. Ngisi bak atau ember untuk keperluan pagi sampai sore, karena jika tidak begitu nanti kita tidak bisa menggunakan air di waktu pagi. Padahal kebutuhan air paling banyak ya dari pagi sampai sore,” imbuhnya.
Kendati demikian, Wahyudi bersama keluarganya masih tetap bisa menggunakan air pada saat pagi dan sore lantaran masih memiliki sumur di rumahnya. Namun, dirinya mengaku air yang keluar dari sumur juga tak sebagus air dari PDAM, hal itu dialami pasca gempa bumi tahun 2006 silam.
Ya kalau saya tidak begitu parah, karena masih ada sumur. Tapi kan tetap harus nimba. Padahal ada PDAM yang setiap bulan kami rutin bayar pajak sekitar Rp 40 ribu, seharusnya air dari PDAM bisa dimanfaatkan warga dengan maksimal,” jelasnya.
Berbeda dengan warga lain, Nasrudin (46). Sejak tiga tahun terkahir ini ia sudah tidak menggunakan air PDAM secara maksimal. Nasrudin memilih beralih ke Pamsimas yang dimiliki oleh Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes. Ia menilai air dari Pamsimas lebih lancar dibanding dari PDAM Klaten.
Kalau saya sudah tidak memakai air PDAM lagi, tapi PDAM tidak saya cabut. Masih tetap rutin bayar pajak setiap bulannya sekitar Rp 25 ribu, tapi airnya tidak saya gunakan. Karena saya juga ikut aliran air dari Pamsimas Desa Jimbung, airnya lebih lancar,” ungkapnya.
Alasan tidak dilepasnya saluran PDAM lantaran Nasrudin masih memiliki harapan bahwa air dari PDAM dapat dimanfaatkan secara lancar kedepannya. Sehingga, dirinya berharap ada tindakan yang nyata dari PDAM untuk mengatasi permasalahan air di Dukuh Ngabetan.
Kalau saya sengaja tidak melepas PDAM, karena saya masih ada harapan bahwa nanti air bisa lancar dan dinikmati selama 24 jam. Harapan kami cuma itu, airnya lancar dan tidak seperti ini,” urai dia.
Sementara itu, Ketua RT 08 Dukuh Kadibolo, Irwan Anis M menjelaskan pihaknya sudah membuat surat pengaduan kepada PDAM Klaten dengan tembusan Camat Wedi, DPRD, dan Bupati Klaten, pada Rabu (30/01) lalu. Isi surat itu adalah permohonan audiensi kepada PDAM Klaten.
Harapan kami segera ada audiensi dari PDAM kepada masyarakat untuk kepastiannya. Karena kondisi ini dialami hampir 90 % warga yang menggunakan PDAM, sementara jumlah KK nya sekitar 100-an,” ungkap Irwan.